Para Aktor Politik Saling Menjelma Seperti Badut, Berubah Wajah Untuk Sekedar Mengelabui Lawan

Agung Surya wirawan Ketua Komunitas Pemerhati Banyuwangi
Banyuwangi - Dinamika perpolitikan jelang pilkada 2024 di kian menjelma bagaikan buah simalakama.Kenapa dunia pemerintahan harus dipimpin oleh seorang aktor politik? Kenapa peran dunia politik begitu besar terhadap pemerintahan?
Tanpa pemimpin yang mengatasnamakan produk Politik apakah roda pemerintahan bisa berjalan. Ironis bukan, jika ditelusuri sekelumit pemikiran masyarakat akan nasibnya bergantungan hidup di suatu daerah yang penuh misteri akan perpolitikan.
Jelang pilkada 2024 merupakan tahun politik, sehingga wajar terjadinya gejolak politik di tingkat daerah.Tak salah jika kita katakan bahwa saat ini Politik Badut kian mempesona. Para aktor politik saling menjelma seperti badut, berubah wajah untuk sekedar mengelabui lawan, menjelma sebagai seorang aktor politik yang cerdas.
Badut Politik ini biasanya mengumbar senyum disetiap perhelatan, cari sensasi, tebar pesona,jadi sosok seorang yang peduli terhadap masyarakat seakan menghipnotis segenap lapisan masyarakat.
Diera digitalisasi saat ini doktrin bagi masyarakat seakan layaknya seperti sampah.Momentum yang terjadi di daerah ini membuat masyarakat merasa muak akan perpolitikan.
Berbicara etika erat kaitannya dengan moral, sopan santun, tata krama serta cara bersikap. Dimana saat ini perpolitikan yang terjadi di daerah kita apakah sudah layak dikatakan etika politik yang diterapkan dengan baik.
Tak asing terdengar bahwa banyak yang mengatakan Politik itu kejam, hal ini yang harus kita luruskan. Politik tidak kejam karena politik adalah sebuah perumpamaan kata cara mencapai sesuatu yang ingin diwujudkan. Yang kejam adalah aktor politik yang mempunyai peran besar dalam pergulatan atmosfir perpolitikan
Masyarakat butuh sosok Pemimpin yang bisa mengerti akan keadaan rakyat, tanpa ada embel-embel mengatasnamakan golongan politik, terpilihnya pemimpin sejati merupakan sebuah impian segenap masyarakat tapi sangat disayangkan itu hanya sekedar impian hampa
Disetiap perhelatan pemilihan pemimpin begitu kental perguncingan bahkan adu kekuataan politik diantara panggung politik. Siapa yang menguasai panggung seakan merasa memiliki kekuasaan penuh terhadap nasib kepala disuatu daerah
Berpolitik boleh saja, namun terapkan etika berpolitikan yang baik jangan berpolitik hanya untuk kepentingan pribadi,keluarga dan golongan saja dan rakyat yang menjadi tumbal.
Penulis Opini: Agung Surya wirawan Ketua KPB
Senin (19/8/2024)
Editor :Titus Yohanes