Membangun Desa Wisata Jangan Hanya Ingin Mendapatkan Penghargaan

Indonesia Tourism and Business Forum (ITBEF)
Kesebelas digital tourism, ICT, air bersih, jaringan komunikasi, perbankan. Kedua belas ramah –aman/professional/hospitality. Ketiga belas, informasi yang jelas dan terpercaya/jujur. Keempat belas film, cerita, narasi, kenangan, pengalaman, reputasi. Kelima belas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, terdidik dan profesioanal.
Keenam belas, lanjut Teguh, marketing dan promosi: branding advertising selling promise vs reputasi Sustainable Tourism Practices, Pariwisata Inklusif, dan Ecofriendly Development.
“Serta Green infrastructure, zero waste destination, sustainable and eco development,” ujar dia.
Menurut Executive Director CECT Universitas Trisakti Maria R Nindita Radyati untuk mencapai target SDGs terkait kemitraan, dalam kasus desa wisata diperlukan kelembagaan yang kuat.
“Kalau mau didukung CSR jangan puas dikasih sumbangan ini itu,” kata dia. Menurut dia, untuk menciptakan dampak berkelanjutan, manusianya dahulu yang harus disiapkan.
“Para pelaku desa wisata, jangan ingin instan. Karena itu kembangkan dulu sumber daya manusia. Karena faktor paling penting menciptakan dampak yang berkelanjutan, harus manusianya dulu dan itu kalau intensif apalagi kalau masyarakatnya sadar potensi desanya bagus.”
Ketua Asosiasi Desa Wisata Indonesia Andi Yuwono mengatakan, dalam mengelola desa wisata kendala terberat dalam kemitraan yaitu akses dan kesempatan.
“Ketika berpikir tentang SDGs pada kenyataannya belum menyentuh ranah-ranah di pedesaan. Ketemu pejabat sulit, kesempatan sedikit,” kata dia.
Sudah saatnya membentuk asosiasi membuat arah desa menjadi ruang hidup yang menghidupi. Sedangkan untuk akses butuh banyak teman, energi, untuk membangun desa. (ahw)
Read more info "Membangun Desa Wisata Jangan Hanya Ingin Mendapatkan Penghargaan" on the next page :
Editor :Titus Yohanes