Video Kegiatan Blasting Kembali Viral Di Media Sosial, PIJAR: Kerusakan Lingkungan Itu Mahal!

Video Kegiatan Blasting Kembali Viral Di Media Sosial, PIJAR: Kerusakan Lingkungan Itu Mahal!
Banyuwanginews|Seakan tak memperdulikan kritik publik dan viral di media sosial (MEDSOS) dan kecaman atau cibiran dari warganet, PT. Bumi Suksesindo (BSI) tetap saja melakukan kegiatan blasting (peledakan) di gunung tumpang pitu Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Hal ini menunjukkan jika pihak perusahaan tidak peduli dengan kerusakan alam yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut. Dan imbas dari peledakan itu, membuat lingkungan sekitar menjadi tercemar. Khususnya laut, karena longsoran tanah dari aktivitas blasting langsung menuju laut disekitar gunung tumpang pitu.
"Padahal tidak sekali ini saja vidionya viral di MEDSOS, namun pihak perusahaan tetap saja melakukan kegiatan blasting. Dan tidak ada teguran dari PEMKAB dan DPRD Banyuwangi kepada pihak perusahaan dalam hal ini PT. BSI," Ucap Bondan Madani, kepada awak media, Jumat 18 Juli 2025.
Ketua Umum Lembaga Diskusi Kajian Sosial (LDKS) Pilar Jaringan Aspirasi Rakyat (PIJAR) ini menambahkan, kemarin sebelum kedatangan Wakil Presiden Republik Indonesia (WAPRES RI) ke Banyuwangi. Empat Kepala desa (KADES) ring satu tambang emas berstetment di media jika keberadaan PT. BSI memberikan manfaat bagi kemajuan desanya. Namun ketika adanya kegiatan blasting yang sudah pasti merusak dan mencemari lingkungan, kenapa tidak ada satu dari mereka yang bersuara.
"Pertanyaan kami sederhana, ketika aktivitas blasting mencemari lingkungan dan viral di MEDSOS. Kenapa para kepala desa tidak memberikan statement, atau memberikan tanggapan terhadap kegiatan tersebut? Padahal imbas dari peledakan tersebut membuat laut tercemar, dan ini menjadi ancaman serius bagi ekosistem biota laut. Dan lebih parahnya lagi tidak ada respon dari PEMKAB dan DPRD Banyuwangi," Ujarnya.
Aktivis muda yang dijuluki Si Raja Demo ini berharap kepada Pemerintah Kabupaten (PEMKAB) Banyuwangi untuk berkirim surat kepada PT. Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) selaku induk dari PT. BSI agar menghentikan kegiatan blasting di gunung tumpang pitu. Selain itu, kami juga mendesak agar Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) selaku wakil rakyat mendorong eksekutif untuk segera mengambil tindakan melihat kejadian semacam ini. Jika aktivitas pengeboman tetap dilakukan oleh perusahaan, maka harus ada tanggul atau tangkis yang disiapkan oleh perusahaan agar serpihan dari ledakan tersebut tidak jatuh ke laut.
"Jika meminta agar aktivitas pertambangan di gunung tumpang pitu dihentikan itu tidak mungkin, karena pihak perusahaan sudah mengantongi perizinan dari pemerintah. Kecuali jika Presiden Prabowo memerintahkan menterinya untuk mencabut IUP perusahaan, seperti yang dilakukannya di Raja Ampat. Makanya, kami meminta kepada Bupati dan Ketua DPRD Banyuwangi yang baru untuk menegur dan memperingkatkan perusahaan agar tetap memperhatikan dampak yang terjadi lingkungan sekitar akibat blasting," Tegasnya.
Seperti diketahui bersama, jika tambang emas Gunung Tumpang Pitu yang dikelola oleh PT BSI beroperasi disana sejak 2012, melakukan produksi penuh dimulai pada tahun 2016 dengan memiliki konsesi seluas hampir 5.000 hektare. Aktivitas tambang tersebut telah mendapat sorotan terkait dampak lingkungan yang ditimbulkan, terutama terhadap laut di sekitar Pulau Merah. Salah satu dampaknya adalah sedimentasi yang mencemari laut dan mengancam keberlanjutan habitat ikan. Selain itu, imbas dari aktivitas tambang terhadap sektor pariwisata yang menjadi andalan ekonomi lokal.
"Lokasi gunung tumpang pitu tidak jauh dengan lokasi pulau merah. Dan jika laut sekitar pulau tercemar oleh partikel tanah imbas dari kegiatan blasting, tentu saja ini merugikan warga yang mengais rezeki di daerah tersebut. Apalagi sektor pariwisata mulai dahulu merupakan program unggulan dari pemerintah kabupaten Banyuwangi. Selain itu, masyarakat di dusun pancer mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan, jika laut tercemar akibat kegiatan blasting jelas berdampak terhadap pendapatan mereka," Terang Alumni Muda HMI Cabang Banyuwangi.
"Menurut hemat kami dan berdasarkan kajian dari team, keberadaan PT BSI yang sudah produksi menambang emas di gunung Tumpang Pitu sedikit pun tidak ada manfaatnya buat kita, buat rakyat banyuwangi. Tidak jelas juga yang katanya saham milik rakyat itu kemana sekarang, tidak jelas juga dana CSR PT BSI itu juga kemana. Keberadaan tambang emas juga dinilai hanya menimbulkan konflik sosial di masyarakat dan tentu ancaman serius bagi kerusakan lingkungan." Pungkasnya.
Editor :Titus Yohanes